Thursday, February 14, 2013

Cerita Sex || Nikmatnya Bercinta Am Sodara



[imagetag]


Cerita Sex || Nikmatnya Bercinta Am Sodara   Namaku Nilam, kepanjangannya Nilam Kinasih, aku bekerja di Jakarta sebagai

seorang pembantu rumah tangga merangkap baby-sitter. Majikanku sepasang

suami-istri yang baru punya satu anak yang masih bayi. Tinggal bersama mereka

adalah adik mereka yang sudah lulus kuliah dan mulai bekerja, namanya Wibowo.

Aku memanggilnya Mas Bowo.

Saat ini majikanku dengan bayinya sedang pergi ke Singapura, tentu saja aku tidak

diajak, aku sendirian di rumah. Ketika hari senja, Mas Bowo pulang dari kerja

dengan motornya. Mas Bowo baik sekali padaku, sangat sopan dan ramah.

Semenjak kami tinggal berdua saja, setiap pulang kerja Mas Bowo selalu

membawakan oleh-oleh berupa jajanan dan diberikan kepadaku. Ya pisang goreng,

ya martabak manis, ya kue donat, tiap hari selalu berbeda.

"Mbak Nilam, ini untuk mbak..." kata Mas Bowo sambil tersenyum manis. "Terima

kasih Mas..., kok tiap hari dibawain oleh-oleh?", aku tersipu malu... "Kasihan sama

mbak, pagi sampai sore kan sendirian di rumah.", Mas Bowo meraih handuknya dan

pergi mandi.

Ketika sudah jam 7 malam selesai makan, kami berdua duduk di ruang keluarga

sambil nonton sinetron di TV. Jam 10 malam, Mas Bowo masuk kamarnya dan tidur.

Ini telah berlangsung 2 hari.... Aku semakin tertarik atau mungkin sudah "jatuh

cinta" kepada kebaikan dan kelembutan Mas Bowo.

Di malam ketiga, Mas Bowo mulai menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Dia

duduk dekat di sampingku, hatiku berdebar kencang, dia memegang tanganku

dengan lembut.

"Mbak Nilam, aku jatuh cinta sama kamu, kamu begitu cantik, halus dan sopan

kepadaku." Wajahku merah padam, aku tertunduk malu..

"Mas Bowo, saya nggak berani menerima cinta Mas, saya perempuan desa..."

Dia duduk semakin rapat denganku, diraihnya daguku, dipeluknya aku dan

diciumnya bibirku. Aku tak bisa menolak pelukan dan ciumannya yang mesra. Cuma

berlangsung sebentar, mungkin 3 menit.... Tapi telah membuatku mabuk kepayang.

"Terima kasih ya mbak..., telah menyambut ciuman kasih sayangku", bisiknya

lembut...

Aku tersipu-sipu... tak kuasa mengucapkan sepatah katapun. Cuma anggukan yang

sangat kikuk...

"Nilam takut?" tanyanya lagi.

"Ya Mas, mana mungkin Nilam bisa membalas cinta Mas yang begitu anggun?"

"Jangan bilang begitu, kita kan sama-sama manusia, tidak ada kasta-kastaan...

masa' nggak boleh saling jatuh cinta?"

"Mas, Nilam mau tidur dulu...", aku segera bangkit dan beranjak ke kamarku, Mas

Bowo ikut berdiri dan menggandeng tanganku, ikut aku masuk ke kamarku. Di

depan pintu kamarku, ia mendekapku lagi dan mencium bibirku. Kali ini lebih

"panas" dari yang pertama, lumatannya seperti hendak menelan seluruh mulutku,

lidahnya dimainkannya di bawah langit-langit mulutku, membuat darah mudaku

mendesir ke seluruh ujung-ujung sarafku.

Dia merangkulkan tangan kirinya di leherku, dan aku merangkulkan kedua tanganku

di pinggangnya.

Kali ini bibirnya mulai lepas dari bibirku dan menjelajahi leherku dan belakang

telingaku, sehingga membuatku semakin "lupa daratan". Aku mulai mendesah

manja. Dia tetap sopan dan tidak meraba-raba ke bagian tubuhku yang lebih

sensitif...

"Nilam, aku cinta sama kamu," bisiknya di daun telingaku....

"Mas Bowo, Nilam juga sayang sama Mas...."

Dia mulai menggiringku ke pinggir tempat tidurku, dan aku mulai pasrah saja...

sambil tangannya meraih skaklar lampu kamarku untuk memadamkannya.

Dalam keadaan gelap, aku semakin tidak kuasa menahan diri... ingin rasanya aku

serahkan jiwa ragaku kepada Mas Bowo malam ini, sebagai bukti kecintaanku

padanya...

Nafasku makin memburu, desahanku semakin menjadi-jadi. Ini sudah berlangsung

hampir setengah jam, celana dalamku mulai terasa agak basah, seluruh rangsangan

sudah mulai memuncak di sekujur tubuhku.

Mas Bowo mulai menyentuh buah dadaku yang masih terbungkus beha..

sentuhannya begitu lembut, tapi membuatku seperti melayang-layang... Dia terus

melumat bibirku dengan lemah lembut.... Kini ia mulai meremas buah dadaku yang

kiri dari luar dasterku, hatiku makin berdebar-debar keras, darahku makin

mendesir... "Mas, pelan-pelaaaann..." aku mulai mendesah lemah...

Tangan kanannya mulai menggerayangi punggungku dari bawah pakaianku, dia

seperti mencari kaitan beha-ku, dan benar... dia sudah mendapatkannya dan

melepas kaitannya. Segera tangannya membuka retsliting belakang dasterku sampai

ke bawah dan mulai melepas dasterku. Aku hanya memakai celana dalam sekarang,

diremasnya kedua buah dadaku yang kanan dengan irama teratur dan mengkilik

buah dadaku yang kiri dengan jempol dan telunjuknya...

"Maaaassss, Nilam nggak tahaaaan.." Dilepasnya kilikannya dan kini dia memelukku

erat sambil tangannya membelai rambutku yang panjang terurai... Menenangkan

jiwaku yang bergejolak bagai deburan ombak..

"Mas Bowo sayang Nilam, Nilam sayang Mas Bowo nggak?", dibisikkannya kata-kata

indah di telingaku... Aku mengangguk spontan..

Hatiku benar-benar terpaut kepada Mas Bowo, dalam sepanjang hidupku, aku belum

pernah merasakan kasih sayang yang begitu lemah lembut dari seorang laki-laki...

Mas Bowo mulai membuka seluruh pakaiannya, dan kini ia dalam keadaaan

telanjang bulat, tapi aku tak berani melihat kemaluannya, aku merasa sangat

malu... Sekarang ia tengkurap di atas tubuhku, kurasakan tonjolan kemaluannya

yang menempel di luar celana dalamku begitu besar dan betapa kerasnya.

"Nilam mau pegang 'burung' Mas Bowo?" tanyanya.

"Malu, ah Mas.... Nilam belum pernah..."

Tanpa bertanya lagi, ia membimbing tanganku dan membawanya pada

kemaluannya, dimintanya aku menggenggam kemaluannya tanpa aku berani

melihatnya. Astaga! Besarnya dan panjangnyaaaa, mungkin ada 17 cm....

Ia mulai menurunkan celana dalamku dan ditanggalkannya, sekarang kami sama-

sama telanjang bulat.... Mas Bowo kembali mengulum puting buah dadaku, puas di

kiri pindah ke kanan, kiri lagi, pindah kanan lagi, sambil jari-jari tangannya

menyentuh lubang kemaluanku yang sudah mulai becek... Aduuuh, nikmat sekali

rasanya....

Kepala Mas Bowo kini mulai pindah ke bawah, menciumi pusarku, dan terus turun ke

bawah, tepat di depan kemaluanku, kepalanya berhenti, kini lidahnya dijulurkannya,

dan mulai menjilati kemaluanku, mulai dari bibir kemaluanku, terus makin ke

dalam... Sampai kini di ujung itilku, disapu-sapukannya ujung lidahnya ke ujung

itilku....

"Aaaaaaahhhh...", aku meronta kenikmatan..... Halus nian kilikannya pada itilku,

tapi stabil dan terus-menerus. Aku mulai menggelinjang.... Kuangkat pinggulku, tak

kuat menahan geliiii dan rangsangannya yang sangat kuat.....

"Aaaaaaahhh......" desahanku semakin keras, "aduuuh Mas, Nilam rasanya pengen

kenciiiiing", dia tidak menjawab dan terus melakuan sapuan yang semakin mantap

pada itilku.... Saking tak tahannya, aku lepaskan air kemaluanku, tapi sangat

berbeda dengan kencing, karena ini menimbulkan kenikmatan pada sekujur

tubuhku, kukejangkan seluruh tubuhku, dan segera mas Bowo memeluk tubuhku

lagi.....

"Enak, sayang?", tanyanya... Aku tak sanggup menggambarkan rasa nikmat yang

sangat dahsyat itu.... "Enaaaaak Maaaaassss....", itu saja komentarku....

Sekarang Mas Bowo mulai mengangkangkan kedua kakiku dengan kakinya, dan

perlahan-lahan dituntunnya kemaluannya yang masih keras mendekati pintu lubang

kemaluanku.... Aku makin pasrah saja, karena aku masih merasakan kenikmatan

yang memuncak tadi.... Kepala kemaluannya mulai sedikit memasuki kemaluanku,

aku berpikir sejenak, apa bisa masuk? Apa cukup lubang sekecil kemaluanku

dimasuki batang kemaluannya yang begitu panjang dan besar?

"Mas Bowo akan masukkan pelan-pelan, supaya Nilam tidak kesakitan... Kalau agak

sakit, Nilam bilang ya.. Mas akan sabar memasukkannya sedikit-sedikit.

Kenikmatannya bisa 10 kali lipat dari kenikmatan yang baru saja Nilam rasakan

tadi...", demikian janji Mas Bowo...

"Kita pindah ke kamarku aja ya Nilam sayang? Di sana sejuk ada AC-nya. Nilam mau

kan?" tanya mas Bowo kekasihku...

Segera diangkatnya aku dengan kedua tangannya dan dibawanya masuk ke

kamarnya yang sejuk ber-AC, bibirku tetap dikulumnya dengan kuat..

Direbahkannya aku di tempat tidurnya, dirangsangnya aku lagi melalui ciuman pada

bibir, leher, belakang telinga, puting buahdada kiri dan kanan...

Kemaluanku sudah mulai basah lagi. Dikangkangkannya sekali lagi kedua kakiku,

dan tanpa ragu-ragu ia mulai memasukkan batang kemaluannya sedikit demi sedikit

ke lubang kemaluanku.... Aku siap menerima persetubuhan ini dengan penuh cinta

kepadanya. Makin dalam dan makin dalam, makin hangat dan makin hangat, makin

dalam dan makin dalam lagi, sangat hati-hati dan perlahan-lahan.... sampai semua

batang kemaluannya kandas ke dalam lubang kemaluanku. Ia mengambil bantal dan

mengganjalkannya pada bokongku, terasa tusukan batang kemaluannya masuk lebih

dalam lagi.....

"Gimama Nilam sayang? Sakit?" tanyanya lembut penuh kasih sayang...

"Enak Massss", jawabku manja....

Kini ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya, aduuuh... gesekannya menimbulkan

rangsangan yang sangat dahsyat pada dinding dalam lubang kemaluanku... ada rasa

geli, ada rasa nyeri, ada rasa nikmat, ada rasa yang sangat memabukkanku...

Semakin lama, kecepatannya semakin bertambah, semakin cepat semakin

menimbulkan rangsangan nikmat... aku sudah mulai hampir mencapai puncak lagi...

Makin lama makin nikmat, makan lama makin enaaaaakkkkk.....

"Maaaaasssss, ennaaaaaaakkkkkk.... Nilam mau keluar lagi...."

"Sebentar lagi ya sayang... Mas juga sudah hampir sampai..."

Nafasku semakin tak keruan, Mas Bowo semakin mempercepat keluar masuk

kemaluannya pada lubang kenikmatanku...

"Massss, Nilam keluar lagiiiiii....." kali ini benar-benar 10 kali lebih nikmat dari

sebelumnya...

Mas Bowo memasukkan kemaluannya lebih dalam, dan terasa ada semburan keras

di dalam lubang kemaluanku.... crooot, croooot, croooot.... dan "Aaaaah, aaaahhh,

aaaaahhhhh", segera mas Bowo ambruk di atas tubuhku.......

Ia belum juga mencabut batang kemaluannya dari lubangku... Perlahan-lahan nafas

kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Mas bowo kembali memelukku,

membelai lembut rambutku, menciumi bibir, kening dan kedua pipiku....

"Puas, sayang?" tanyanya sopan dan lembut... Aku mengangguk manja...

Kini ia mulai mencabut batang kemaluannya. Malam itu, aku tertidur di kamar Mas Bowo, Mas Bowo menyelimutiku dengan penuh kasih sayang, memeluk tubuhku dan

ia tertidur pula. Kami berdua tidur lelap tanpa berbusana...
#98fcde


[imagetag]
Jangan Lupa di Like Ya Gan

No comments:

Post a Comment